Labels

Pengikut

bagaimana pandangan anda tentang blog ini???

Selasa, 29 Maret 2011

Dampak AFTA bagi UKM di Indonesia

Sungguh sangat mengejutkan berita akhir-akhir ini bagi para pelaku ekonomi kelas kecil dan menengah di Indonesia. Hal ini terkait dengan diberlakukannya perdagangan bebas di Indonesia. FTA (Free Trade Area) yang sebenarnya sudah menjadi kesepakatan bagi Negara-negara ASEAN beberapa tahun lalu, pada akhirnya menurut penulis malah menjadi boomerang bagi bangsa Indonesia sendiri, karena Indonesia memang belum mampu serta siap . Banyak sekali produk-produk cina yang membanjiri Indonesia yang hal ini secara tidak langsung akan mebunuh usaha kecil dan menengah di Indonesia yang mungkin memang secara kualitas belum mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri.

Menurut perbicangan bersama ahli serta pengamat ekonomi Drajad Wibowo, dikatakan bahwa pada tahun 2010 atau satu tahun kedepan ini, bisa saja terjadi PHK besar-besaran sebagai akibat macetnya bisnis rill di akar rumput kelas kecil dan menengah. Itu semua dipicu oleh membanjirnya produk-produk cina di pasar Indonesia. Banyak sekali produk-produk UKM yang ditiru oleh cina, dan ini memerlukan perhatian, salah satunya batik tulis

Di tgl 28 januari 2010 ini yang sekaligus akhir dari program 100 hari Presiden Susilo Bambang Yudoyono, banyak sekali demo yang digelar. Salah satu yang uniq adalah adnya gubernur Jawa Timur Soekarwo yang ikut ke jalan juga dalam memberikan pengarahan kepad para demonstran yang isi nya antara lain kurang menyetujui dilaksanakannya AFTA. Walau demikian itulah realitas bisnis global, ditengah maraknya perkembangan teknologi.

Mensikapi hal tersebut, tentu pemerintah harus mampu serta segera menyiapkan formula khusus, yang menjadi solusi akan masalah ini, apalagi saat ini Indonesia telah dihadapkan pada berbagai macam permasalahan yang memecah serta mengganggu kredibilitas pemerintahan salah satunya kasus century.

Dari fenomena di atas penulis menilai bahwa hal tersebut lebih kepada system pemasaran. Secara kualitas, sebenarnya produk-produk UKM Indonesia justru tetap mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan produk cina, sehingga ini hanyalah masalah penguasaan teknologi. Saya yakin kalau semua para pelaku UKM melek teknologi dan memanfaatkan kekuatan intrenet sebagai system pemasarannya, maka apapun kebijakan pemerintah tidak akan terlalu berpengaruh dan mengecilkan posisi UKM di perdaganagn internasional. Semoga hal ini segera ditangkap oleh semua yang peduli akan keberlangsungan UKM di Indonesia.

Oleh : erwin susetya

http://erwinsusetya.com/dampak-afta-bagi-ukm-di-indonesia
Continue Reading »

602 UKM di 10 Kota Besar Hadapi Masalah Akses Kredit

Rabu, 17 Februari 2010 - 16:47 wib
Foto: Koran SI
Foto: Koran SI

JAKARTA - Associate Operations Officer IFC Nyoman G Satrya Wibawa menjelaskan dalam survei yang diadakan oleh International Finance Corporation (IFC) pada 602 UKM di 10 kota besar di Indonesia terlihat bahwa ada beragam masalah yang dihadapi UKM saat mengakses kredit.

Permasalahan yang dihadapi UKM adalah akses kredit kurang memadai (25,9 persen), kurangnya permintaan pasar (18,6 persen), pengelolaan keuangan (9,4 persen), bahan baku (10,3 persen), lainnya (24,4 persen) dan tidak masalah (11,3 persen).

"Bila dibandingkan dengan luar negeri, masalah UKM di Indonesia juga sama seperti itu. Tapi akses kredit yang tidak disetujui karena UKM tersebut memang tidak memiliki jaminan (agunan) yang secure," jelas Satrya, di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (17/2/2010).

Selain agunan, masalah yang dihadapi UKM adalah perbankan enggan mengevaluasi analisis keuangan (cashflow) UKM tersebut. Tapi, lanjut Satrya, perbankan selama ini hanya mengandalkan seberapa besar aset yang dimiliki oleh UKM itu.

Uniknya, selama ini UKM juga melihat bahwa suku bunga kredit tidak terlalu berpengaruh terhadap keinginan untuk mengakses kredit perbankan. Bahkan, UKM berani membayar tinggi asal kreditnya disetujui.

"Suku bunga tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan. Tapi mereka justru berani membayar lebih asal kredit bisa langsung disetujui dan dicairkan," tegasnya.

Survey dari IFC ini dilakukan pada 602 UKM di kota Jakarta, Bekasi, Tangerang, Surabaya, Surakarta, Pontianak, Jogjakarta, Cilegon, Kupang dan Pekalongan. Daerah tersebut merupakan daerah potensial penerima pinjaman perbankan.(Didik Purwanto/Koran SI/ade

http://economy.okezone.com/read/2010/02/17/320/304616/320/602-ukm-di-10-kota-besar-hadapi-masalah-akses-kredit
Continue Reading »

kumkm-disuntik-rp151-triliun

Kemenkop diharapkan menjadi kementerian teknis


SURABAYA Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp151 triliun pada 2014 untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomiankoperasi dan usahamenengah kecil mikro (KUMKM), mengingatbelum semua koperasitumbuh sehat. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan hingga saat ini, APBN sudah mengucurkan dana untuk koperasi dan UKM sebesar Rp51 triliun dan akan berlanjut sampai 2014 sebesar Rp 100 triliun.

"Pengucuran dana APBN diproyeksikan untuk menguatkan koperasi dan UMKM," tegas Presiden dalam pidatonya pada puncak peringatan Hari Koperasi ke-63 di Markas Komando Daerah Militer (Makodam) V Brawijaya, Surabaya, kemarin. Namun, SBY menyayangkan belum seluruh koperasi dan UMKM mendukung pesatnyapertumbuhan ekonomi Indonesia. "Masih banyak koperasi dan UMKM yang belum mampu mendukung pertumbuhan perekonomian bangsa Indonesia dengan kinerja baiknya," kata SBY.

SBY menilai secara kuantitas jumlah koperasi di Indonesia cukup banyak, tetapi secara kualitas belum semuanya baik. Masih banyak kinerja koperasi dan UMKM yang tidak didukung dengan baiknya sarana pada sektor sumber daya manusia (SDM), manajemen, pendanaan, dan pemasaran. Pemerintah melihat masalah teknis dalam memasarkan produk yang dihasilkan merupakan persoalan yang paling sering dijumpai di sekitar koperasi.

Di sisi lain, produk-produk tersebut sering kali tidak bisa bersaing dengan produk industri. Meski demikian, kata Presiden, beberapa koperasi sudah berhasil dan menyejahterakan anggota, sekaligus menguatkan perekonomian nasional. Presiden bisa memahami permasalahan yang dialami koperasi Indonesia. Permasalahan koperasi yang harus dibenahi terkait dengan kualitas sumber daya manusia dan manajemennya.

Koperasi juga sering mengalami permasalahan teknis dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Di sisi lain, produk-pro-duk tersebut sering kali tidak bisa bersaing dengan produk industri. Kelemahan inilah yang diharapkan Presiden bisa diperkuat oleh masing-masing koperasi.

Gagasan Gemaskop

Oleh karena itu, masyarakat harus menggiatkan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop) dan Gerakan Minum Susu Nasional yang dicanangkan Kementerian Koperasi dan UKM karena sangat relevan di tengah sistem perekonomian global.

Menteri Koperasi dan UMKM Sjaifuddin Hasan mengatakan gagasan Gemaskop karena banyak-nya kebijakan pemerintah yang telah mendorong pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Data Kemenkop merinci pada rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) tahap kedua 2010-2014, target pertumbuhan ekonomi 7,7% dengan penurunan angka kemiskinan hingga 10% dan menurunkan angka pengangguran sebesar 6%. "Banyak koperasi di Indonesia yang sedang tidur itu ditumbuhkan lagi dengan suntikan modal," kata Sjaifuddin.

Hingga Maret 2010, lanjut Sjaifuddin, sedikitnya 175.102 koperasi di Indonesia dengan jumlahanggota 29,12 juta orang. Apabila dibandingkan dengan 2008 terdapat peningkatan sebanyak jumlah koperasi sebesar 13% dan 6,6% untuk anggota koperasi.

Volume usaha pada 2010 terdapat peningkatan Rp77,51 triliun atau 13,25% untuk modal sendiri tercatat Rp30,66 triliun atau meningkat 35,88%.

Sementara itu, pada puncak perayaan Harkopnas ke-63 di Surabaya, Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nurdin Halid juga mendesak pemerintah untuk mengubah struktur Kementerian Koperasi dan UMKM menjadi kementerian teknis untuk meningkatkan kinerja koperasi di masa yang akan datang.

Nurdin mengatakan jika Menteri Koperasi masih sebagai Menteri Negara, diyakini program yang lerancang untuk peningkatan kinerja koperasi sangat sulit terlaksana. "Untuk itu, kami mengharap Menteri Koperasi dan UKM berubah menjadi menteri urusan teknis," kata Nurdin.

Pada kesempatan itu, Presiden juga meminta seluruh jajaran pemerintah, mulai dari tingkat menteri, gubernur, bupati dan wali kota untuk memperhatikan eksistensi dan keberadaan pasar tradisional di berbagai daerah sebagai pusat kegiatan ekonomi kerakyatan.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2010/07/kumkm-disuntik-rp151-triliun.html
Diposkan oleh UKM Indonesia Bersama di Kamis, Juli 15, 2010
Label: UKM Indonesia
Continue Reading »

UKM dan permasalahannya



Usaha kecil dapat diawali dengan biaya yang sangat rendah dan dilakukan secara part-time. Usaha kecil juga sangat cocok menggunakan internet marketing, karena dapat disesuaikan untuk melayani pasar yang sempit (niche). Hal ini susah dilakukan sebelum revolusi internet yang dimulai akhir 1990-an.
Adaptasi terhadap perubahan merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis. Khususnya untuk usaha kecil, yang tidak terikat masalah birokratis, sangat mudah untuk merespon pasar dengan cepat. Pemilik usaha kecil cenderung dekat dengan pelanggan dan kliennya sehingga menghasilkan tanggung jawab dan respon yang lebih besar.
Permasalahan Usaha Kecil
Usaha kecil sering kali menghadapi berbagai masalah terkait skala usahanya. Penyebab kebangkrutan yang umum adalah pemilik usaha kecil tidak dapat memperoleh dana yang mereka butuhkan. Hal ini sering kali lebih sebagai akibat dari perencanaan yang buruk, daripada akibat kondisi ekonomi.
Telah menjadi aturan umum bahwa pengusaha kecil harus mempunya akses sejumlah uang yang setidaknya sama dengan proyeksi pendapatan satu tahun pertama sebagai antisipasi pengeluarannya. Sebagai contoh, jika pemilik usaha berpikir ia akan mendapat pendapatan Rp 10 juta di tahun pertama dengan biaya memulai bisnis Rp 15 juta, maka seharusnya ia memiliki akses dana tidak kurang dari Rp 25 juta.
Selain itu, untuk menjamin usaha memiliki cukup dana, pengusaha kecil harus memahami tentang pendapatan kotor (penjualan dikurangi biaya variabel). Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai aktivitas bisnis. Untuk mencapai titik impas, usaha harus mencapai tingkat penjualan di mana pendapatan kotor melebihi biaya tetap (contoh biaya tetap seperti sewa ruangan dan biaya fasilitas lain yang tidak terkait penjualan).
Ketika memulai usaha, sering kali pemilik usaha kecil menetapkan harga sangat rendah sehingga meskipun beroperasi dengan kapasitas maksimum, namun mustahil mencapai titik impas. Untungnya, pengendalian biaya atau peningkatan harga sering kali mengatasi masalah ini.
Beberapa hal yang menjadi perhatian usaha kecil lainnya adalah biaya asuransi, kenaikan biaya energi, pajak, dan juga peraturan-peraturan pemerintah.
Masalah lain usaha kecil adalah “Mitos Entrepreneurial”. Mitos ini mengasumsikan bahwa seorang yang ahli dalam bidang teknik tertentu juga akan menjadi ahli dalam menjalankan bisnis di bidang tersebut. Padahal, keahlian manajemen bisnis dibutuhkan untuk tetap menjaga bisnis berjalan dengan baik.
Sumber: Wikipedia
Continue Reading »

Sabtu, 26 Maret 2011

the bubble and the butterfly

Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang “ditulisnya” secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).
Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut ‘locked-in syndrome’, kelumpuhan total yang disebutnya ’seperti pikiran di dalam botol’.
Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.
Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. “Bukan main”, kata Anda. Ya,itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya.
Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh “menulis” dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari.
Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Jadi, “Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!”
Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu?
“I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth”.
Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu . Jadi kita yang masih bisa makan bakmi, ngga usahlah Bakmi Gajah Mada, indomie yang Rp 3.500 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun. We are the constant whiners.
Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita ‘locked-in syndrome’ untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi “bintang film” alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki to celebrate life’, to do something good for others. (Untuk ‘merayakan’ kehidupan, untuk melakukan kebaikan bagi orang lain)
Jadi, betapapun kemelutnya keadaan kita saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, Saya yakin kita masih bisa menelan ludah.
Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas.
Kata orang bijak, “Think and Thank”, berfikirlah dan kemudian bersyukurlah.
Posted by: “Susilo T”
copied from: http://www.kisahinspiratif.com/the-bubble-and-the-butterfly-kisah-pemimpin-redaksi-elle.html
Continue Reading »

Soichiro Honda: "lihat kegagalan saya"

Pengalaman adalah guru yang paling brutal dan kejam.
Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.
Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda – Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…
Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.
Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.
Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.
Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.
Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.
Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.
“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.
Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.
Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.
Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.
Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang ”Raja” jalanan.
5 Resep keberhasilan Honda:
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

copied from http://www.kisahinspiratif.com/soichiro-honda-“lihat-kegagalan-saya”.html
Continue Reading »

Jumat, 25 Maret 2011

Rahasia Hidup Beruntung

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial-bermasalah. Memang Ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.
Berdasarkan hasil penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial. Keempat faktor tersebut adalah:
1) Sikap terhadap peluang
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Sebaliknya, kelompok Orang yang sial memiliki perasaan dan sikap yang lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
2) Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika.
Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “good feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.
3) Selalu berharap kebaikan akan datang..
Orang yang beruntung ternyata selalu bersikap positif terhadap kehidupan. Berprasangka dengan optimis bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain.
4) Mengubah hal yang buruk menjadi baik
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.
Jadi, menurut Profesor Richard Wiseman => rahasia orang yang berUntung adalah cukup sederhana. Dikatakannya, hampir semua orang normal juga bisa beruntung. Termasuk Anda. Apakah sudah Siap mulai menjadi si Untung?
First, Open your Mind, and Enjoy your life……

taken from http://www.kisahinspiratif.com/tips-rahasia-hidup-beruntung.html
Continue Reading »

Jumat, 18 Maret 2011

ADART




HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
(HMJ MANAJEMEN)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUNAS NUSANTARA



ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUNAS NUSANTARA

PENDAHULUAN
HMJ Manajemen lahir dari kebutuhan struktural dan fungsional dari organisasi kemahasiswaan yang berada di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tunas Nusantara. Organisasi HMJ Manajemen berada di bawah jurusan yang berkoordinasi dengan BEM dan MPM sebagai pengawas kegiatan HMJ Manajemen.
HMJ Manajemen berfungsi sebagai wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan yang bersifat penalaran/keilmuan sesuai dengan disiplin ilmu Manajemen. Maka untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, diperlukan acuan dan peraturan dalam bentuk Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), sebagai berikut

BAB I
NAMA dan TEMPAT

Pasal 1 :
1. Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen di singkat menjadi HMJ Manajemen
2. HMJ Manajemen berkedudukan di kampus STIE Tunas Nusantara Jakarta

Pasal 2 :
HMJ Manajemen ini didirikan pada 25 Oktober 2009 untuk waktu yang tidak ditentukan.


BAB II
BENDERA DAN LAMBANG

Pasal 3 :
Bendera dan lambang HMJ Manajemen adalah bendera dan lambang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tunas Nusantara ditambah dengan tulisan HMJ Manajemen.

BAB III
AZAS, SIFAT dan TUJUAN

Pasal 4 :
HMJ Manajemen berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 5 :
1. HMJ Manajemen merupakan organisasi pendidikan tinggi yang bersifat kekeluargaan, mandiri dan berorientasi kepada almamater dan masyarakat
2. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka untuk seluruh mahasiswa jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara
3. HMJ Manajemen bersifat non-politis dan menjunjung tinggi kemandirian

Pasal 6 :
HMJ Manajemen didirikan dengan tujuan :
1. Membina dan mengembangkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan antar anggota HMJ Manajemen dan unsur civitas akademika
2. Membantu almamater dalam melaksanakan misi jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara
3. Memelihara dan menjunjung tinggi nama baik jurusan dan STIE Tunas Nusantara
4. Mengembangkan potensi dan kemampuan profesionalisme serta berperan secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas keilmuan anggotanya


BAB IV
USAHA-USAHA
Pasal 7 :
1. Mempererat tali silaturahmi antar anggota
2. Membangun kreatifitas mahasiswa dengan membuat program-program yang relevan dengan Manajemen
3. Membangun loyalitas mahasiswa terhadap kampus
4. Menjembatani mahasiswa dalam bidang pengembangan diri dan potensi keilmuan yang ada
5. Tujuan HMJ Manajemen dicapai dan ditempuh melalui usaha yang tidak bertentangan dengan asas dan sifat

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 8 :
1. Anggota HMJ Manajemen adalah setiap orang yang memenuhi syarat dan terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara
2. Ketentuan mengenai keanggotaan HMJ Manajemen diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 9 :
HMJ Manajemen mempunyai wilayah kerja di tingkat Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tunas Nusantara Jakarta

Pasal 10 :
Pengurus HMJ Manajemen terdiri dari
1. Pengurus Lengkap
2. Badan Pengurus Harian (BPH)
Pasal 11 :
1. Pengurus lengkap terdiri atas dewan pembimbing, dewan pengawas dan Badan Pengurus Harian (BPH)
2. Badan Pengurus Harian terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan dua orang kordinator divisi

BAB VII
MASA BAKTI PENGURUS

Pasal 12:
1. Masa bakti kepengurusan di atur dalam Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) STIE Tunas Nusantara
2. Paling lama seseorang dapat menjabat sebagai ketua HMJ Manajemen adalah dua periode masa bakti yang ditetapkan dalam dan atau oleh Rapat Besar HMJ Manajemen

BAB VIII
KEKUASAAN TERTINGGI
Pasal 13:
Kekuasaan tertinggi HMJ Manajemen STIE Tunas Nusantara adalah ditangan Rapat Besar HMJ Manajemen
BAB IX
RAPAT-RAPAT

Pasal 14 :
1. Rapat besar diadakan satu kali pada setiap periode kepengurusan
2. Rapat Kerja di adakan seiap awal periode kepengurusan
3. Rapat pengurus diadakan sekurang-kurangya dua bulan sekali
4. Rapat evaluasi di adakan sekurang-kurangnya bulan tiga bulan sekali

Pasal 15 :
Dalam keadaan luar biasa dapat diadakan rapat luar biasa yang memiliki wewenang membahas hal besar yang berkenaan dengan eksistensi HMJ Manajemen
BAB X
KEUANGAN

Pasal 16 :
Keuangan HMJ Manajemen diperoleh dari :
1. Iuran anggota
2. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
3. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
4. Usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan hukum dan tujuan HMJ Manajemen

BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 17 :
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Kepala Jurusan Manajemen
2. Perubahan AD dan ART hanya ada pada Rapat Kerja dan sekurang-kurangnya diputuskan oleh 2/3 suara dari peserta yang hadir pada rapat kerja tersebut

BAB XII
PEMBUBARAN

Pasal 18 :
Prosedur Pembubaran HMJ Manajemen:

1. Pembubaran HMJ Manajemen hanya dapat dilakukan dengan suatu Rapat Luar Biasa yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya berjumlah 2/3 anggota HMJ Manajemen.
2. Keputusan pembubaran organisasi harus diputuskan dan disetujui oleh 2/3 suara dari seluruh anggota HMJ Manajemen yang hadir pada Rapat Luar Biasa yang khusus diadakan untuk maksud tersebut dan di sahkan oleh ketua STIE Tunas Nusantara.
3.
BAB XIII
LAIN-LAIN

Pasal 19 :
1. Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran Rumah Tangga yang merupakan pula perincian pelaksanaan Anggaran Dasar
2. ART dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh bertentangan dengan AD

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 20 :
1. Hal-hal lain yang tidak diatur di dalam AD dan ART, diatur dalam POK-ST dan GBHP MPM
2. Anggaran Dasar ini disahkan dalam Rapat Kerja yang berlangsung di Jakarta dan mulai berlaku seiak ditetapkan pada tanggal

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Januari 2010

PENGESAHAN

Presidium sidang I

Luqmanul Hakim Presidium sidang II

Afrin Dawati
Ketua Jurusan Manajemen


(Andi M. Rudhan, S.E, M.M)

ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUNAS NUSANTARA

BAB I
UMUM

Pasal 1 :
Anggaran Rumah Tangga HMJ Manajemen merupakan pengaturan lebih lanjut dari Anggaran Dasar HMJ Manajemen

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2 :
Keanggotaan HMJ Manajemen terdiri dari :
1. Anggota Biasa
2. Anggota Luar Biasa
3. Anggota Kehormatan
Pasal 3 :
1. Anggota Biasa adalah setiap mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara
2. Anggota Luar Biasa adalah :
a. Setiap orang yang pernah menjadi mahasiswa di jurusan STIE Tunas Nusantara minimal 1 (satu) tahun tetapi tidak selesai.
b. Setiap orang yang pernah menjadi Staf Administrasi dan Tata Usaha atau bagian lain di jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara minimal 2 (dua) semester.
3. Anggota Kehormatan adalah :
a. Semua staf pengajar tetap maupun tidak tetap di jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara minimal 2 (dua) semester
b. Setiap orang yang di anggap pernah berjasa pada HMJ Manajemen STIE Tunas Nusantara

Pasal 4 :
1. Setiap mahasiswa yang terdaftar pada program studi Manajemen STIE Tunas Nusantara secara langsung menjadi Anggota Biasa HMJ Manajemen
2. Pendataan dan pencatatan anggota Luar Biasa HMJ Manajemen dilakukan oleh pengurus melalui verifikasi dari pihak akademik kampus atau dari yang bersangkutan sesuai dengan data yang diperlukan
3. Pengangkatan anggota kehormatan:
a. Pengangkatan anggota kehormatan dilakukan melalui ketetapan pengurus HMJ Manajemen STIE Tunas Nusantara
b. Disahkan dalam rapat besar Himpunan Manajemen

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 5 :
Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban :
1. Anggota Biasa HMJ Manajemen berhak untuk:
a. Menyampaikan pendapat dan saran demi pengembangan dan kemajuan HMJ Manajemen
b. Menghadiri dan mengikuti semua kegiatan HMJ Manajemen sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi
c. Memilih dan dipilih untuk kepengurusan dalam organisasi HMJ Manajemen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bersama
d. Meminta pertanggungjawaban Pengurus HMJ Manajemen sesuai dengan tata cara dan aturan yang ditetapkan organisasi
2. Anggota Luar Biasa HMJ Manajemen mempunyai hak anggota yang sama dengan anggota Biasa, kecuali hak untuk memilih
3. Anggota kehormatan HMJ Manajemen mempunyai hak anggota yang sama dengan Anggota Biasa HMJ Manajemen, kecuali untuk memilih dan dipilih untuk menduduki fungsi di luar jabatan Badan Pengurus Harian HMJ Manajemen


Pasal 6 :
Setiap anggota HMJ Manajemen berkewajiban:
1. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan semua ketentuan organisasi HMJ Manajemen
2. Menjaga nama baik HMJ Manajemen dan Jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara

BAB IV
BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN

Pasal 7 :
1. Berakhirnya keanggotaan HMJ Manajemen dapat terjadi karena: Meninggal Dunia
2. Khusus untuk anggota luar biasa dan kehormatan berakhirnya keanggotaan dapat terjadi apabila mengundurkan diri atas permintaan sendiri
3. Pemberhentian keanggotaan dapat dilakukan apabila anggota tersebut nyata dan jelas telah melanggar AD dan ART HMJ Manajemen serta ketentuan-ketentuan organisasi HMJ Manajemen yang telah ditetapkan

BAB V
ORGANISASI
Pasal 8 :
1. Pengurus HMJ Manajemen dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang dipilih dalam rapat besar Musyawarah HMJ Manajemen
2. Tata cara pemilihan ketua dan pengurus HMJ Manajemen di atur dalam POK STIE Tunas Nusantara yang di buat oleh MPM STIE Tunas Nusantara






BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 9:
Hak dan kewajiban pengurus HMJ Manajemen adalah:
1. Menetapkan ketentuan dan kebijakan organisasi untuk menunjang program kerja HMJ Manajemen
2. Mengkordinasikan semua kegiatan yang mengatasnamakan HMJ Manajemen
3. Menetapkan kebijaksanaan dalam menunjang pengembangan almamater dan peningkatan kemampuan ilmiah para anggota HMJ Manajemen
4. Menjabarkan program kerja yang telah dibuat dan melaksanakannya dalam bentuk kegiatan nyata
5. Mematuhi dan mempertanggungjawabkan semua kebijakan dan ketentuan organisasi yang telah ditetapkan dalam aturan yang ada

Pasal 10 :
Anggota dewan pembimbing terdiri dari:
1. Kepala jurusan Manajemen
2. Sekertaris jurusan Manajemen
3. Pembimbing akademik jurusan Manajemen

Pasal 11 :
Dewan pembimbing HMJ Manajemen memiliki hak dan kewajiban:
1. Memberikan masukan dan saran kepada pengurus HMJ Manajemen
2. Memberikan dukungan moril dan materil kepada pengurus HMJ Manajemen dalam menjalankan aktifitas kegiatan organisasi

Pasal 12 :
Dewan pengawas terdiri dari:
1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) STIE Tunas Nusantara
2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Tunas Nusantara


Pasal 13 :
Dewan pengawas memiliki hak dan kewajiban:
1. MPM STIE Tunas Nusantara menetapkan Garis besar haluan program (GPHP) sebagai pedoman penetapan program kegiatan organisasi
2. Mengawasi penyelenggaraan kegiatan yang di laksanakan oleh HMJ Manajemen
3. Memberikan pengarahan, petunjuk, saran dan pertimbangan tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan HMJ Manajemen

BAB VI
KEUANGAN
Pasal 14 :
Besarnya uang iuran ditetapkan oleh hasil rapat kerja dengan mempertimbangkan usulan dari anggota.

Pasal 15 :
1. Dana yang diperoleh dikelola oleh pengurus dan dipergunakan untuk membiayai kegiatan HMJ Manajemen yang telah tercantum dalam program kerja HMJ Manajemen.
2. Untuk kepentingan organisasi HMJ Manajemen, Pengurus dapat membentuk badan usaha yang bertanggung jawab kepada Pengurus HMJ Manajemen
3. Harta benda yang diperoleh dari hasil usaha HMJ Manajemen menjadi aset kekayaan organisasi dan dikelola oleh pengurus
4. Apabila organisasi HMJ Manajemen dibubarkan, maka segala aset kekayaan yang dimiliki diserahkan kepada jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara







BAB VII
RAPAT-RAPAT

Pasal 16 :
1. Rapat besar adalah rapat yang di hadiri oleh seluruh pengurus harian, dewan pengawas, serta dewan pembimbing dan memiliki wewenang merumuskan, merevisi dan penetapan AD ART (jika di perlukan)
2. Rapat Kerja adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus harian, dan perwakilan dewan pengawas serta dewan pembimbing. Berwenang merumuskan pogram kerja dalam masa satu periode
3. Rapat pengurus adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus harian rapat ini memiliki wewenang merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu terdekat
4. Rapat evaluasi adalah rapat yang dihadiri oleh pengurus harian, perwakilan dari dewan pengawas, serta perwakilan dari dewan pembimbing dan rapat ini memiliki wewenang mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan
BAB VIII
PERSIDANGAN DAN KEPUTUSAN

Pasal 17 :
1. Dalam Rapat Besar, hak suara hanya diperuntukkan bagi Anggota Biasa
2. Persidangan dalam rapat Besar dinyatakan sah (Korum) jika disetujui oleh mayoritas peserta yang harus hadir dan/atau terdaftar pada rapat tersebut
3. Tata tertib rapat ditetapkan dalam rapat tersebut atas usulan Panitia Pengarah.

Pasal 18
1. Semua keputusan yang diambil dalam rapat-rapat yang tersebut pada pasal-pasal didasarkan atas azas musyawarah untuk mufakat.
2. Segala keputusan rapat diusahakan diambil dengan suara bulat kecuali apabila ditetapkan lain oleh sidang
3. Keputusan mengenai pemilihan dan/atau pembahasan yang berkaitan dengan pemberian sanksi kepada seorang anggota diambil secara bebas dan rahasia.
4. Bila sidang menetapkan untuk mengadakan pemungutan suara, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak

BAB IX
BAB VIX : KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19:
Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini diatur dalam Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) dan Garis Besar Haluan Program (GBHP) yang di buat oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa STIE Tunas Nusantara dan disahkan oleh ketua STIE Tunas Nusantara

Pasal 20:
Dengan disahkannya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMJ Manajemen STIE Tunas Nusantara ini, maka segala peraturan atau ketentuan yang pernah ada dan bertentangan atau menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMJ Manajemen ini dinyatakan tidak berlaku.



Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Januari 2010

PENGESAHAN
Presidium sidang I

Luqmanul Hakim Presidium sidang II

Afrin Dawati
Ketua Jurusan Manajemen



(Andi M. Rudhan, S.E, M.M)
Continue Reading »

RANCANGAN ANGGARAN BELANJA SEMENTARA(RABS)




HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
STIE TUNAS NUSANTARA
PERIODE 2009-2010


I. Latar Belakang
Himajur manajemen merupakan suatu wadah dimana tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan bersama. Himajur manajemen pernah vakum pada beberapa periode yang lalu dan kemudian dirintis kembali pada kepengurusan periode 2009/2010. pada masa perintisan ini banyak hal yang harus disusun kembali demi tercapainya tujuan dari HImajur itu sendiri termasuk di dalamnya tentang keadaan keuangan yang merupakan hal penting dalam sebah organisasi.

Berangkat dari hal itulah maka kami merasa perlu adanya perencanaan dan rancangan anggaran belanja organisasi Himajur Manajemen sebagai pegangan dan standar pembelanjaan kas dalam memenuhi kebutuhan organisasi. Sehingga pada akhirnya diharapkan himajur manajemen mampu mengontrol pengeluaran dana dan pembelanjaannya dalam memenuhi kebutuhan dalam setiap kegiatan yang ada.

Adapun rancangan anggaran belanja ini mencakup seluruh kebutuhan himajur manajemen dalam menjalankan aktifitas organisasi selama satu periode kepengurusan.


II. RENCANA ANGGARAN BELANJA

1. Ketua
No Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga satuan Subtotal
1. Rapat rutin bulanan Konsumsi 15 orang 12 bulan Rp. 3000,- Rp. 540.000,-

2. Rapat divisi Konsumsi 15 orang
Maksimal 5 kali rapat Rp. 3000,-
Rp. 225.000,-
3. Rapat Evaluasi kegiatan Konsumsi 20 orang
Maksimal 5 kegiatan Rp. 3500,- Rp. 350.000,-
4. Rapat Kerja Rp. 100.000,-
5. Fotocopy Rp. 100.000,-
Total Rp. 1.315.000,-

2. Sekertaris
No Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga satuan Subtotal
1. Ke-sekertariatan -Kertas Hvs 80gsm
-Tinta printer
-Pembuatan stampel
-Tinta stampel
-Stamp pad
-Amplop besar
-Buku folio
-Map
-Staples
-Isi staples
-Klip 1 rim

1 set/botol

1 buah

1 botol

1 buah
1 pack

1 buah
10 buah
1 buah
2 pack
2 pack Rp. 30.000,-

Rp. 25.000,-

Rp. 15.000,-

Rp. 10.000,-

Rp. 10.000,-
Rp. 8.000,-

Rp. 12.000,-
Rp. 2.500,-
Rp. 20.000,-
Rp. 3.000,-
Rp. 3.500,- Rp. 30.000,-

Rp. 25.000,-

Rp. 15.000,-

Rp. 10.000,-

Rp. 10.000,-
Rp. 8.000,-

Rp. 12.000,-
Rp. 25.000,-

Rp. 6.000,-
Rp. 7.000,-

2. Fotocopy Rp. 300.000,-
3. Rapat-rapat Rp. 100.000,-
Total Rp. 548.000,-

3. Bendahara
No Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga satuan Subtotal
1. Laporan keuangan -buku kas/ buku besar 2 buah Rp. 12.000,- Rp. 24.000,-


2. Fotocopy Rp. 100.000,-
3. Rapat-rapat Rp. 100.000,-
Total Rp. 224.000,-

4. Divisi POSDM

No Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga satuan Subtotal
1. Fotocopy Rp. 100.000,-
2. Rapat-rapat Rp. 100.000,-
Total Rp. 200.000,-


5. Divisi KomInfo

No Kegiatan Kebutuhan Jumlah Harga satuan Subtotal
1. Fotocopy Rp. 100.000,-
2. Rapat-rapat Rp. 100.000,-
Total Rp. 200.000,-


Total Anggaran dana yang di butuhkan dalam periode satu tahun ini adalah sebesar :
Rp. 2.487.000,-
(dua juta empat ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah)



III. SUMBER DANA

Sumber dana yang dimiliki oleh himajur sesuai dengan ketetapan yang ada adalah:
1. Sekolah Tinggi/Jurusan/Prodi
2. dana surplus kegiatan
3. iuran anggota
4. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat







IV. PENUTUP

Demikian rancangan anggaran belanja ini dibuat, diharapkan RABS ini dapat menjadi pegangan dalam menentukan besar anggaran belanja minimum dalam memenuhi kebutuhan perjalanan organsasi himajur manajemen ini. Semoga dengan terpenuhinya kebutuhan yang ada, program yang dicanangkan oleh himajur dapat terealisasi dengan baik sesuai tujuannya.

V. PENGESAHAN

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Periode 2009-2010



Luqmanul Hakim
Ketua


Afrin Dawati
Bendahara

Mengetahui,
Jurusan Manajemen STIE Tunas Nusantara




Andi M. Rudhan, SE, MM
Ketua


Sugiyah, S.Pd
Sekretaris Jurusan

Menyetujui,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tunas Nusantara


Iwan Darmawansyah, SE, MM.Ak
Ketua
Continue Reading »

LPJ




HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
(HMJ MANAJEMEN)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUNAS NUSANTARA
2010
VISI DAN MISI



VISI:
“Menjadikan HMJ Manajemen Mampu Berperan Serta Dalam Pengembangan SDM Yang Mandiri Dan Produktif Dalam Bidang Manajemen Dengan Mengutamakan Kebersamaan Demi Mewujudkan Pembentukan Karrakter Calon Manajer Muda Yang Berpola Pikir Kritis, Analitis, Dan Humanis Serta Memiliki Sikap Mental Dan Jiwa Kepemimpinan Sesuai Peran Dalam Perkembangan Dunia Yang Dinamis”


MISI:
1. Mempererat tali silaturahmi antar anggota
2. Membangun kreatifitas anggota yang berbasis Manajemen dan non-Manajemen
3. Membangun loyalitas mahasiswa terhadap kampus
4. Menjembatani mahasiswa dalam bidang pengembangan diri dan potensi yang ada
5. Menyusun program pengembang kepribadian, leadership serta pengetahuan organisasi.
STRUKTUR KEPENGURUSAN

STRUKTUR KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
PERIODE 2009-2010

Dewan Pembimbing : Andi M. Rudhan, S.E, MM (KaJur Manajemen)
Sugiyah, S.Pd (SekJur Manajemen)

Dewan Pengawas : Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi (BEM)

Badan pengurus harian (BPH):

Ketua : Luqmanul Hakim
Sekertaris : Siti Khadijah
Bendahara : Afrin Dawati

Divisi-divisi:
Divisi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia (POSDM)

Kordinator : Carolina Holong
Anggota Riki Oktavianto
Ibnu Fathir

Divisi Komunikasi dan Informasi (KomInfo)

Kordinator : Sarah
Anggota : Chandra Lesmana
Habiburrahman Faaz

JOB DESCRIPTION

1. Ketua
a. Bertanggung jawab atas keberlangsungan roda organisasi
b. Bertanggung jawab atas perkembangan HMJ Manajemen
c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan organisasi
d. Melaksanakan kordinasi dengan seluruh anggota
e. Berkordinasi dengan dewan pembimbing dan dewan pengawas
f. Memimpin jalannya rapat dan pertemuah BPH dan Divisi

2. Sekretaris
a. Bertanggung jawab kepada ketua HMJ Manajemen
b. Bertanggung jawab bersama-sama ketua atas keberlangsungan roda organisasi
c. Bekerja sama dalam menjalankan agenda HMJ Manajemen
d. Menjalankan kebijakan umum dalam kesekretariatan
e. Membuat laporan perkembangan HMJ Manajemen secara berkala
f. Mewakili ketua ketika berhalangan hadir dalam suatu kegiatan atau rapat

3. Bendahara
a. Bertanggung jawab kepada ketua HMJ Manajemen
b. Memegang kebijakan umum keuangan
c. Mengatur sirkulasi keuangan secara tertulis
d. Membuat laporan keuangan secara berkala atau ketika diminta
e. Mengadakan konsolidasi dengan berbagai pihak dalam usaha pencarian sumber dana
f. Mengembangkan potensi ekonomi HMJ dalam rangka menciptakan iklim kemandirian financial
g. Bekerja sama dengan divisi MKI dalam memperluas hubungan dan sponsor

4. Divisi POSDM
a. Mengkordinasi peningkatan potensi akademik dan non akademik anggota HMJ
b. Meningkatkan kemampuan berorganisasi bagi anggota dan pengurus HMJ
c. Mengadakan kegiatan yang berorientasi pada peningkatan intelektual pengurus anggota HMJ
d. Sebagai mediator penelitian-penelitian mahasiswa HMJ
e. Mampu memberikan solusi terhadap permasalahan organisasi dan akademik

5. Divisi KomInfo
a. Mediator dalam komunikasi seluruh anggota tiap tingkatan
b. Mediator dalam hal penyebaran informasi kegiatan-kegiatan HMJ
c. Mengembankan informasi melalui media yang ada
d. Menjalin komunikasi dengan pihak luar berupa lembaga/instansi swasta dan pemerintah













































PEMASUKAN-PEMASUKAN


1. Iuran anggota dan sumbangan tak mengikat:

 Tanggal 14 Januari 2010 Rp 71.500
 Tanggal 15 Januari 2010 Rp 84.000
 Tanggal 16 Januari 2010 Rp 86.500 +
Subtotal Rp 242.000

2. Surplus seminar kewirausahaan Rp 255.000

3. Keuntungan bazaar mahasiswa Rp 246.500

4. Pengelolaan keuangan Rp 183.500

5. Donatur dan sumbangan lainnya Rp 128.000 +


Total pemasukan Rp 1.055.000
PENGELUARAN-PENGELUARAN

1. Rapat Kerja (16 Januari 2010)

 Foto Copy Rp 45.500
 Konsumsi Rp 124.000
 Dokumentasi Rp 9.000
 Print Rp 15.000
 Transportasi Rp 10.000 +
Subtotal Rp 203.500

2. Pembuatan Mading Rp 94.000

3. Kesekretariatan Rp 153.000

4. Defisit kegiatan pelatihan Karya Tulis Ilmiah Rp 350.000

5. Rapat-rapat Rp 139.000 +


Total pengeluaran Rp 939.500


Sisa Dana (surplus) Rp 115.500
Continue Reading »

KONSEP PEMECAHAN PERMASALAHAN HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN PERIODE 2009/2010

I. Pendahuluan
HMJ Manajemen merupakan suatu wadah dimana tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan bersama. HMJ Manajemen pernah vakum pada beberapa periode yang lalu dan kemudian dirintis kembali pada kepengurusan periode 2009/2010 ini. Sehingga banyak kendala yang kami hadapi karena masih harus membangun HMJ Manajemen ini dari dasar.

Kami dari kepengurusan HMJ Manajemen merasa bahwa kendala ini bukan hanya dihadapi oleh HMJ Manajemen saja, banyak organisasi-organisasi kemahasiswaan lain yang mengalami hal yang serupa dengan apa yang dihadapi oleh HMJ Manajemen saat ini, namun sebagian dari mereka dapat menghadapi kendala-kendala tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita semua baik dalam kepengurusan HMJ Manajemen maupun di dalam anggota-anggota organisasi HMJ Manajemen, mampukah kita mengatasi berbagai macam kendala tersebut?

Jawabannya tergantung kepada kita semua, namun kami yakin dengan adanya kerjasama, tekad yang keras, niat yang baik, dan tujuan yang sama, kami yakin dan sangat percaya permasalahan-permasalahan yan menghadang tersebut dapat dihadapi bersama.








II. Permasalahan
Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh HMJ Manajemen dari saat mulai di rintis kembali ini yang menjadi sorotan bagi kita semua dan penting untuk segera diatasi, yaitu diantaranya :
1. Minimnya dana yan dimiliki sebagai langkah awal dalam melaksanakan langkah awal dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan yang tertuang di dalam program kerja HMJ Manajemen.
2. pengetahuan mahasiswa yang masih sangat kurang, ketidak pedulian mereka terhadap organisasi HMJ Manajemen
3. Kurangnya pengetahuan tentang organisasi dan konsep kerja antara anggota HMJ Manajemen dan pengurus HMJ Manajemen.
4. sulitnnya melibatkan pengurus HMJ Manajemen dari tingkat atas dalam setiap rapat

III. Pemecahan Masalah
Segera mencari pokok-pokok permasalah yang harus segera diatasi, maka kami dari kepengurusan mencoba memecahkan permasalahan tersebut, namun tidak menutup kemungkinan kami untuk menerima masukan-masukan dari anggota HMJ Manajemen untuk memberikan tindakan alternatif ataupun pengkoreksian terhadap solusi yang kami tawarkan nantinya.

Adapun beberapa solusi yang kami tawarkan adalah sebagai berikut :
1. Masalah minimnya dana yang dimiliki
Berdasarkan hasil kesepakatan dari pengurus HMJ Manajemen bahwasanya kita perlu engadakan iuran sebesar Rp 5.000,00 tiap bulan per orang. Namun dikarenakan rumitnya prosedur dan dan tata cara iuran maka pengurus berinisiatif bahwa iuran ini sementara dilaksanakan hanya di dalam kepengurusan HMJ Manajemen namun kami berfikir bahwasanya iuran ini tidaklah efisien dan efektif, maka kami berencana memotong masa perintisan agar tujuan dapat tercapai dengan cepat.
Dengan system, tata cara dan pengolahan sumber dana yang baik yang digambarkan berikut ini:

Sistem, tata cara iuran dan pengelolaan
• Sistem
1. Adanya kesepakatan antara anggota HMJ Manajemen (semua mahasiswa jurusan Manajemen yang masih aktif perkuliahannya) dengan pengurus HMJ Manajemen.
2. Setelah adanya kesepakatan yang dibuat bersama, maka akan kita ajukan permohonan persetujuan kepada Ketua Jurusan Manajemen agar iuran ini dinyatakan legal. Dengan begitu bagi anggota HMJ Manajemen yang tidak mengindahkan iuran tersebut akan dijatuhkan sanksi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya.
3. Iuran ini dilakukan tiap bulan atau tiap semester sesuai dengan kesepakatan bersama sebelumnya.
4. Bersama-sama memantau dan mengawasi aliran dana tersebut.

• Pengelolaan
1. Sumber dana yang diterima dari keanggotaan akan dimasukan ke dalam buku rekening dan dikeluarkan pada saat akan dilaksanakan suatu kegiatan.
2. Semua sumber dana dari pihak intern maupun ekstern dan kenanggtaan wajib diserahkan kepada pengurus bendahara HMJ Manajemen.
3. Sumber dana tersebut akan dikeluarkan kembali saat akan memulai suatu kegiatan dengan adanya persetujuan dari ketua jurusan HMJ Manajemen.
4. Dana yang dikeluarkan dari kas HMJ Manajemen untuk suatu kegiatan wajib untuk dikembalikan kembali ke kas HMJ Manajemen

2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan
• Perlunya membangkitkan kesadaran diri dari masing-masing anggota akan organisasi dan program-program yang akan dilaksanakan.
• Perlunya informasi yang terus menerus dari pengurus kepada anggota HMJ Manajemen.
• Program yang akan dilaksanakan sebaiknya bisa menjadi sorotan bagi anggota HMJ Manajemen.

3. Meningkatkan semangat kerja bersama
• Penciptaan hubungan kerja yang baik antara pengurus dan anggota organisasi.
• Bagi para anggota yang memiliki ide-ide yang bagus bagi kita semua diharapkan dapat bekerja sama dengan pengurus HMJ Manajemen.
Diharapkan bagi seluruh anggota HMJ Manajemen untuk bersama-sama mencari solusi dari semua permasalahan dan bukan mencari-cari celah kesalahan utuk menjatuhkan kepengurusan HMJ Manajemen

IV. Penutup
Demikian konsep pemecahan permasalahan yang ada dalam HMJ Manajemen, semoga permasalahan yang ada dapat menjadi tolak ukur dan penunjang untuk membuat HMJ Manajemen lebih baik di masa mendatang.
Continue Reading »

Sabtu, 12 Maret 2011


Continue Reading »

makalah

MAKALAH

“KOMUNIKASI ORGANISASI”














MATA KULIAH :
PERILAKU ORGANISASI
DOSEN:
SUGIYAH, S.Pd




DISUSUN OLEH:
LUQMANUL HAKIM 0911110038
HABIBURRAHMAN FAAZ 0911110036
AFRIN DAWATI 0911110037




JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUNAS NUSANTARA
JAKARTA 2010



Daftar Isi

Daftar isi………………………………………………………………………………. 1
Pendahuluan………………………………………………………………………….. 2
Pembahasan ………………………………………………………………………….. 4
Dimensi komunikasi………………………………………………………….. 5
Model komunikasi……………………………………………………………. 5
Fungsi komunikasi…………………………………………………………… 6
Memahami Komunikasi dalam Organisasi............................................................... 9
Gaya Komunikasi........................................................................................................ 10
Kesimpulan …………………………………………………………………………… 14
Referensi ………………………………………………………………………………. 15


PENDAHULUAN
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Kajian terhadap komunikasi organisasi merupakan hal yang paling relevan untuk menampilkan peranan masing-masing individu dan kelompok. Begitu juga terhadap organisasi formal sebagai usaha untuk menggambarkan karakteristik organisasi dan melahirkan kualitas yang bersifat unik sebagai wahana pengelompokkan manusia masing-masing memiliki kepribadian, individu dan kelompok. Apakah komunikasi organisasi dalam mobilitas sosial ditentukan oleh jumlah anggota, tingkat pendapatan, atau gaji yang ditentukan oleh tingkat pendidikan, serta harus sebanding dengan ketersediaan fasilitas kesejahteraan. Karakteristik komunikasi organisasi meliputi materi, pusat kewenangan dan kekuasaan pengambilan keputusan, serta erat dengan spesialisasi tugas. Menurut Aloliliweri komunikasi organisasi adalah bagaimana sebuah organiassi demi kepentingan organisasi dan mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung perilaku individu maupun sosial terhadap organisasi.
Dalam sistem komunikasi masyarakat ke arah yang paling maju terjadi interaksi yang kompleks antara wadah sebagai tempat yang modern dengan jaringan komunikasi organisasi suatu masyarakat suatu sistem terdiri dari organisasi politik dan kelompok persahabatan. Komunikasi organisasi itu lebih efektif pada bidang-bidang yang lain sehingga mampu berbuat terhadap yang berhubungan dengan perubahan. Dalam mengajurkan masyarakat mengambil tindakan-tindakan komunikasi organisasi lebih tidak efetkif lagi apabila tidak dibarengi dengan anjuran-anjuran secara pribadi, komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidaknya tidaknya satu orang yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelahaan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan. Sistem tersebut menyangkut hubungan untuk menyatakan kesamaan fikiran dan perilaku yang telah diatur dengan kebijakan




PEMBAHASAN
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
• Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
• Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
• Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
• Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:
• kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan
• rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
• divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.
• tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
• disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
• mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum- melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.

Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi.
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
2. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
3. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
4. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

5. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.

KESIMPULAN
Komunikasi organisasi memiliki arti yang sangat penting dalam membangun sebuah organisasi. Maka pencapaian hasil yang maksimal dari kinerja sebuah organisasi akan sulit tercapai jika kordinasi dan konsep komunikasi dalam organisasi tidak dapat dipahami dengan baik. Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat






Referensi :
A. Mulyana, Teori Komunikasi-modul 10, 2008
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, 2001
Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 1997
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, 1994
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill Companies
Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka
www.google.co.id
www.wikipedia.org
Continue Reading »

ACCOUNTS RECEIVABLE MANAGEMENT

Penjualan kredit dilakukan untuk meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan diharapkan akan meningkatkan laba. Penjualan kredit menimbulkan Piutang usaha yaitu klaim kepada pihak luar yang timbul sebagaik akibat terjadinya transaksi penjualan secara kredit.
 Di satu sisi memiliki piutang menimbulkan biaya bagi perusahaan akan tetapi disisi lain dengan memberikan kredit akan memberikan manfaat bagi perusahaan.Dengan adanya piutang maka perusahaan akan kehilanganan nilai waktu dari uang dan adanya resiko piutang tersebut tidak dilunasi. Kerugian karena piutang ragu-ragu
 Biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih tinggi
 Dana yang terikat dan tertanam pada piutang dagang yang menyebabkan biaya modal yang lebih tinggi
Sedangkan manfaat yang diperoleh adalah piutang akan meningkatkan daya tarik untuk mempertahankan konsumen, sehinga penjualan dan laba perusahaan dapat ditingkatkan.
Secara umum manager keuangan perusahaan dalam mengendalikan piutang usahannya dengan cara membentuk dan mengelola :
1. Persyarata Kredit yang meliputi pemilihan kredit, standar kredit dan kredit term.
2. Kebijakan penagihan.

Tujuan dari pengelolaan accounts receivable adalah menagih accounts receivable secepat mungkin tanpa kehilangan sales karena tekanan yang kuat pada saat penagihan.







Seleksi kredit melibatkan aplikasi dari teknik-teknik untuk menentukan pelanggan mana yang layak menerima krdit. Proses ini melibatkan evaluasi terhadap kelayakan kredit dan membandingkannya dengan standar kredit, yaitu persyaratan minimum untuk memperpanjang kredit kepada seorang pelanggan.

1. 5C TENTANG KREDIT
Salah satu teknik seleksi kredit yang popular adalah 5C, yang memberikan kerangka yang mendalam dalam analisis kredit. Ke-5 C tersebut adalah
1. Character (Kepribadian) : penilaian untuk memperkirakan kemungkinan pelanggan mau memenuhi kewajibannya.
2. Capacity (Kemampuan) : kemampuan pelanggan utk membayar
3. Capital (modal) : penilaian atas posisi keuangan secara umum
4. Collateral (jaminan) : penilaian atas jaminan harta atas kredit. jumlah asset pemohon yang dijadikan agunan atas kredit yang diminta. Semakin besar nilai asset yang diagunkan, maka semakin besar pula kemungkinan pemohon dapat menutup kreditnya bila gagal bayar.
5. Condition (kondisi) : penilaian atas dampak kecenderungan perekonomian secara umum, industri, maupun hal-hal khusus sehubungan dengan bisnis/transaksi yang dihadapi pemohon kredit tersebut.
Analisis 5C ini akan menghasilkan keputusan bagi pemberi kredit untuk menerima atau menolak permohonan kredit yang diajukan oleh pemohon.

2. ANALISA INFORMASI KREDIT
Perusahaan biasaya memiliki prosedur yang digunakan untuk melakukan analisa kredit yaitu analisa terhadap pengajuan kredit. Tujuan analisa kredit selain untuk menentukan kelayakan customer untuk mendapatkan kredit juga bertujuan untuk menentukan limit kredit yaitu jumlah maksimum yang boleh dipinjam untuk jangka waktu tertentu. Dalam melakukan analisa kredit maka prosedur yang dilakukan adalah dengan melakukan :
 Analisa rasio keuangan dengan penekanan rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas
 Penilaian khusus berkaitan dengan kegiatan kredit.
 Lihat data hutang dagang di dalam neraca
 Hitung umur rata-rata hutang dagang
 Hitung periode pembayaran rata-rata
 Bandingkan periode pembayaran rata-rata aktual dengan syarat kredit apakaha ada keterlambatan atau tidak
 Bandingkan dengan industri sejenis
 Penilaian atas informasi kualitatif calon pembeli




Credit scoring adalah sebuah metode penseleksian kredit yang umum digunakan atas
Pemohon kredit dalam jumlah besar/kecil. Metode ini mempercayai credit score yang
ditentukan dengan mengaplikasikan bobot secara statistik atas karakteristik finansial dan karakteristik kredit pemohon.



Yang dimaksud dengan standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada seorang pelanggan. Variabel-variabel penting yang perlu dipertimbangkan dalam merelaksasi atau memperketat standard kredit adalah: sales volume, investment in accounts receivable (A/R) dan bad-debt expense.
Berikut ini tabel mengenai efek relaksasi standard kredit atas ketiga variabel di atas:
Tabel 4.1 Efek Relaksasi Standar Kredit.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sales volume Naik Positif
Investment in A/R Naik Negatif
Bad-debt expense Naik Negatif
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bila standar kredit diperketat, maka arah perubahan dan efek terhadap profitnya akan
berkebalikan dari tabel di atas.

Untuk menentukan apakah standar kredit akan diperlonggar, perusahaan harus membandingkan tambahan profit contributin dari penjualan terhadap tambahan biaya yang ditimbulkan karena adanya tambahan investasi pada piutang usaha dan tambahan biaya piutang tidak tertagih. Jika profit contribution lebih besar dari marginal cost, maka standar kredit dapat diperlonggar jika sebaliknya maka standar kredit yang ada seharusnya tidak dirubah.

Contoh soal relaksasi standar kredit: lihat hal. 612 (Gitman, edisi 10).
Contoh perhitungan atas contoh soal di atas: lihat hal. 615 (Gitman, edisi 10).




Credit terms (persyaratan kredit) adalah persyaratan penjualan untuk pelanggan yang yang mendapatkan kredit dari perusahaan. Sebagai contoh syarat kredit 2/10 net 30 artinya penjual akan memberikan cash discount sebesar 2% jika tagihan dibayar dalam tempo 10 hari dari awal periode kredit, atau dapat dibayar dengan nilai penuh sesuai dengan nilai yang tertera dalam invoice dalam tempo 30 hari.

1. CASH DISCOUNT
Cash discount merupakan persyaratan kredit yang popular sebagai cara untuk mempercepat penagihan tanpa menekan pelanggan. Cash discount ini memberi insentif kepada pelanggan untuk membayar lebih cepat. Dengan percepatan penagihan, discount ini menurunkan investasi perusahaan pada accounts receivable (memang ini tujuannya), tetapi juga menurunkan profit per unit. Selain itu, pemberian cash discount juga menurunkan bad debt karena pelanggan akan mebayar lebih cepat dan hal ini juga akan meningkatkan volume penjualan karena pelanggan yang mengambil discount membayar harga lebih rendah untuk produk yang dibelinya. Selanjutnya, perusahaan yang memberikan cash discount perlu mengadakan analisis benefit-cost untuk menentukan apakah pemberian cash discount tersebut menguntungkan atau tidak.




Efek dari Peningkatan Cash Discount
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sales volume Naik Positif
Investment in A/R
Due to nondiscount
Takers paying earlier Turun Positif
Investasi pada A/R
Customer baru Naik Negatir
Bad-debt expense Turun Positif
Profit per Unit Turun Negatif
----------------------------------------------------------------------------------------------------

2. PERIODE CASH CISCOUNT
Periode cash discount adalah jumlah hari setelah awal periode kredit di mana cash discount tersedia. Periode ini dapat diubah oleh manajer keuangan. Perubahan ini misalnya memperpanjang periode cash discount, dari 2/10 net 30 menjadi 2/20 net 30. Efek dari perubahan ini yang diharapkan adalah: 1) sales akan meningkat, atau efek pada profit positif; 2) bad-debt expense akan menurun, atau efek pada profit positif; dan 3) profit per unit akan menurun karena banyaknya pelanggan yang mengambil cash discount, atau efek pada profit negatif. Manajer keuangan perlu mengevaluasi hal ini, yaitu pengaruhnya terhadap investasi pada accounts receivable. Bila perubahan yang dilakukan adalah memperpendek periode discount, maka efek yang terjadi adalah sebaliknya.

3. PERIODE KREDIT
Periode kredit adalah jumlah hari setelah awal periode kredit sampai dengan pembayaran penuh jatuh tempo. Pengubahan periode kredit dari 30 hari menjadi 45 hari akan meningkatkan sales, atau membawa efek positif bagi profit. Tetapi investasi pada accounts receivable dan bad-debt expense juga akan meningkat, sehingga keduanya membawa efek negatif bagi profit. Penurunan periode kredit tentunya akan membawa efek yang sebaliknya.
Contoh soal pengenaan cash discount dan penyelesaian soalnya: lihat hal. 617.

C. KEBIJAKAN PENAGIHAN KREDIT
Kebijakan penagihan adalah prosedur untuk mengumpulkan piutang usaha pada saat jatuh tempo. Efektifitas kebijakan penagihan dapat dievaluasi dengan melihat tingkat biaya piutang tidak tertagih yang juga dipengaruhi oleh kebijakan kredit perusahaan. Setiap tambahan biaya penagihan akan mengurangi resiko piutang tidak tertagih. Untuk mengevaluasi kebijakan kredit dan penagihan maka pendekatan yang popular digunakan adalah average collection period dan umur piutang usaha

1. AVERAGE COLLECTION PERIOD
Average collection period (ACP) adalah rata-rata jumlah hari penjualan secara kredit yang belum dibayar (outstanding). ACP mempunyai 2 komponen, yaitu: 1) waktu dari saat penjualan sampai dengan pelanggan melakukan pembayaran dengan surat, dan 2) waktu untuk menerima, memproses dan menerima pembayaran yang telah dikirim pelanggan. Rumus average collection period adalah:
Accounts receivable
Average collection period = -----------------------------
Average sales per day
Dengan mengetahui ACP, perusahaan dapat mengetahui apakah ada masalah dengan
accounts receivables atau tidak. Misalnya perusahaan memiliki credit terms net 30, maka ia berharap ACP-nya (minus waktu penerimaan, pemrosesan dan pencairan) adalah sama dengan kira-kira 30 hari. Jika realisasi ACP lebih besar dari 30 hari, maka perusahaan perlu mereview kembali pelaksanaan kreditnya. Atau, kalau ACP meningkat terus dari waktu ke waktu, maka perusahaan perlu mereview kembali pengelolaan accounts rececivable-nya.

2. AGING OF ACCOUNTS RECEIVABLE
Aging of accounts receivable adalah sebuah teknik pemantauan kredit yang menggunakan jadwal yang menunjukkan persentase terhadap total sisa accounts receivable yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Tujuan teknik ini adalah untuk dapat mengetahui problemnya secara tepat. Misalnya perusahaan memiliki net 30 dengan ACP (minus penerimaan, pemrosesan dan pencairan) 50 hari, berarti ACP perusahaan tersebut terlalu tua. Bila mayoritas dari accounts adalah berumur 2 bulan, maka ini merupakan masalah bagi perusahaan, oleh karenanya perusahaan perlu mereview kembali operasi accounts receivable-nya. Jika usaha penagihan ditingkatkan maka akan mengurangi piutang usaha dan piutang tidak tertagih dan profit meningkat. Perusahaan harus berhati-hati dalam menjalankan usaha penagihan. Jika penagihan dilakukan terlalu agresif dengan menekan customer terlalu keras untuk membayar hutangnya, kemungkinan perusahaan akan ditinggalkan customernya.

Efek dari Perubahan Usaha Penagihan
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Variabel Arah Perubahan Efekt terhadap Profit
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sales volume Naik Positif
Investment in A/R
Bad-debt expense Turun Positif
Biaya Penagihan Turun Negatif
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Continue Reading »

KOMUNIKASI ORGANISASI 001

Kajian KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
(sub kajian Periku Organisasi)
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.


3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

Proses Komunikasi
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
2. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat

Referensi :
A. Mulyana, Teori Komunikasi-modul 10, 2008
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, 2001
Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 1997
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, 1994
Continue Reading »